Kebanyakan orangtua enggan untuk mengkhitankan anaknya ketika masih bayi karena mengkhawatirkan dampak negatif yang akan terjadi pada bayinya yang masih mungil. Apakah sunat pada bayi berbahaya? Kekhawatiran tersebut tidaklah benar, bahkan para pakar kesehatan nasional dan internasional telah sepakat merekomendasikan usia terbaik untuk sunat anak laki-laki adalah di bawah usia 12 bulan.
Manfaat Sunat pada Bayi
Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan ketika mengkhitankan anak pada usia di bawah 12 bulan, terutama pada usia di bawah 2 bulan. Diantara manfaatnya adalah luka sunat pada bayi jauh lebih cepat sembuh dibandingkan jika sunat dilakukan pada usia yang lebih besar. Sunat juga melindungi dari infeksi saluran kencing yang sering terjadi pada bayi yang belum disunat dan dapat mengganggu fungsi ginjalnya.
Infeksi saluran kencing pada bayi memberikan gejala yang tidak khas sehingga sering menyulitkan diagnosis dan membuat terapi yang tepat menjadi terlambat. Sunat pada bayi juga menurunkan risiko terjadinya kanker penis. Manfaat lain dari sunat pada usia di bawah 12 bulan adalah rasa sakit ketika sunat masih minimal karena persarafan pada area penis bayi masih belum sempurna. Pada bayi, risiko trauma saat proses sunat, tidak akan berpengaruh kepada anak di masa mendatang. Risiko komplikasi dari pembedahan dan bius saat sunat juga lebih rendah. Sunat yang dilakukan pada bayi juga menghindarkan anak dari ketakukan terhadap proses sunat jika sunat ditunda untuk dilakukan pada kemudian hari.
Risiko Sunat pada Bayi
Setiap tindakan pembedahan, memiliki risiko. Namun risiko komplikasi yang muncul pada sunat bayi, tergolong rendah. Komplikasi hanya terjadi pada 1 – 2% dari keseluruhan bayi yang disunat. Risiko terjadinya komplikasi ini jauh lebih rendah dibandingkan jika sunat dilakukan pada usia anak yang lebih besar. Komplikasi yang mungkin muncul adalah perdarahan dan infeksi. Komplikasi tersebut merupakan komplikasi yang cukup ringan dan mudah untuk ditangani. Komplikasi lain seperti cedera pada penis, gangguan pada saluran kencing, dan munculnya efek toksik dari obat bius, sangat jarang terjadi.
Bagaimana Perawatan Setelah Bayi Disunat?
Salah satu alasan orangtua enggan untuk mengkhitankan bayinya adalah kekhawatiran orangtua akan perawatan pasca sunat bayi. Perawatan pasca sunat bayi tidaklah sulit, terlebih jika metode sunat yang digunakan adalah metode sealer tanpa perban atau metode klem. Bayi tetap bisa memakai popok seperti biasa. Gunakan popok yang cepat menyerap dan ganti popok setiap enam jam atau setiap kali bayi buang air besar. Pada metode sunat sealer, dianjurkan untuk bayi dimandikan dengan waslap air hangat selama tiga hari. Apabila penis terkena ompol atau terkena air, cukup dikeringkan perlahan dengan tisu kering. Pada 24 jam pertama pasca sunat, bayi dapat diberi obat pereda nyeri seperti parasetamol dengan dosis yang telah dianjurkan oleh dokter.
Referensi :
- Manual for early infant male circumcision under local anaesthesia, World Health Organization (WHO) 2010.
- Sirkumsisi Metode Konvensional dan Modern. EGC 2019.
Disusun oleh:
dr. S. Irfan Adi Kusuma
Praktisi Khitan Modern
Anggota Asosiasi Dokter Khitan Indonesia (ASDOKI)